Pengembangan
Potensi dan Pendidikan Karakter
Melalui
Pendidikan Agama Islam
Tinjauan
Atas Kurikulum 2013 di SMA N 1 Sukoharjo
Diajukan untuk Mengikuti Lomba Penulisan
Karya Ilmiah Remaja
(KIR) PAI Siswa SMA/SMK
yang diselenggarakan Direktorat
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI
Tahun 2015
Oleh :
Nama Siswa : Netya Dzihni Kinanggit
Asal Sekolah beserta Kota/Kabupaten:
SMA N 01 SUKOHARJO
DIREKTORAT PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Karya
ilmiah yang berjudul
“Pengembangan Potensi dan Pendidikan Karakter
Melalui Pendidikan Agama Islam
Tinjauan Atas Kurikulum 2013 di SMA N 1 Sukoharjo “
Disusun
untuk mengikuti
Lomba Penulisan Karya Ilmiah Remaja Pendidikan
Agama Islam Tahun 2015/2016
Disusun
oleh:
Netya
Dzihni Kinanggit
SMA
N 1 Sukoharjo
Pembimbing 1 Pembimbing
2
(Muhammad Rofi`i, S.Ag, M.Si) (Rahmatullah
SP, S.Pd I)
Pembimbing
3
(Sriyanto, S.Pd, M.Pd)
Mengetahui,
Kepala
SMA N 1 Sukoharjo
(Drs. Darno)
LEMBAR
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA
PENULISAN KARYA ILMIAH REMAJA 2015
Yang bertanda
tangan di bawah ini:
1.
Nama Lengkap : Netya Dzihni Kinanggit
2.
Jenis Kelamin : Perempuan
3.
Tempat dan Tanggal
Lahir : Sukoharjo, 19 November
1999
4.
Asal Sekolah : SMA N 1 SUKOHARJO
5.
Kelas /
Jurusan/Peminatan : XI/MIA
6.
Alamat Sekolah
: Jln. Pemuda No. 38. Sukoharjo (5711)
7.
No Telp. Sekolah : ( 0271 ) 593085
8.
Alamat Rumah :
Gronong RT 3/5 Mandan, Sukoharjo, Jawa Tengah
9.
Telp. Rumah / HP : 081391570312
11. Judul
KIR :
Pengembangan Potensi dan Pendidikan Karakter Melalui
Pendidikan Agama Islam Tinjauan Atas
Kurikulum 2013
Dengan ini
menyatakan bahwa naskah KIR yang dikirimkan adalah
betul-betul karya saya,bukan hasil jiplakan, terjemahan, atau
saduran, belum pernah dipublikasikan dan tidak pernah memenangi dalam lomba
lainnya. Apabila di kemudian
hari terbukti naskah
ini tidak sesuai dengan pernyataan di atas, saya
bersedia dituntut secara hukum.
Demikian
surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui, Sukoharjo,
25 September 2015
KEPALA SEKOLAH PENULIS,
SMA N 1 SUKOHARJO
(Drs Darno) (Netya
Dzihni Kinanggit)
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL
............................................................................
i
PERSETUJUAN
..................................................................................
ii
PENGESAHAN
..................................................................................
iii
PERSEMBAHAN
...............................................................................
v
KATA PENGANTAR
.........................................................................
vi
DAFTAR ISI
........................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan menegaskan bahwa
pengelolaan pendidikan agama dilaksanakan oleh menteri agama, dan bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
Semua peraturan diatas bertujuan
untuk mengembangkan semua potensi pada diri peserta didik secara maksimal, akan
tetapi tetap terkontrol oleh nilai-nilai keagamaan dengan cara memberikan
pembelajaran berbasis karakter dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dengan adanya karakter yang baik pada peserta didik, maka akan didapatkan
generasi yang mempunyai tanggung jawab, kedisiplinan, dan akhlak mulia.
Sebagaimana sistem yang
diberlakukan dalam dunia pendidikan saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan
pendidikan karakter. Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
peradaban dunia. (www.samparona.blogspot.com)
Kurikulum
2013 berlaku mulai tahun 2013 pada sebagian sekolah, kemudian dilaksanakan
serempak pada tahun 2014. Dalam pelaksanaannya Kurikulum 2013 terdapat banyak
hambatan, salah satunya adalah kurangnya kesadaran dan kerjasama dari semua pihak. Banyak
sekolah yang belum bisa melaksanakan sistem ini dengan baik, karena kurangnya
sosialisasi, sarana prasana dan kesiapan dari sekolah tersebut. Dengan alasan
tersebut maka, pada awal tahun 2015 sebagian sekolah yang baru
melaksanakan
kurikulum 2013 selama satu
semester,dikembalikan pada KTSP. Dan untuk sekolah yang sudah melaksanakan
kurikulum 2013 selama tiga semester dijadikan sebagai pilot Project kurikulum
2013.
SMA
N 1 Sukoharjo menjadi salah satu pilot Project kurikulum 2013 di kabupaten
Sukoharjo. Terjadinya perubahan kurikulum ini membuat SMA N 1 Sukoharjo
mengalami perombakan sistem pembelajaran. Dengan demikian banyak siswa yang
mengeluhkan pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan perbedaan
cara pembelajaran oleh guru, setiap mata pelajaran siswa dituntut aktif,
kreatif, inovatif, berbudi pekerti dan lain-lain.
Fenomena penurunan moral yang
terjadi pada generasi muda saat ini dianggap sebagai bukti kegagalan
pendidikan. Khususnya pendidikan keagamaan dan karakter. Selama ini pendidikan
agama termasuk pendidikan agama islam cenderung masih sebatas pada transfer
pengetahuan, belum menyertakan pemahaman dan penghayatan yang baik, pada materi
tersebut. Idealnya dalam setiap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru
mengandung pendidikan karakter supaya didapatkan generasi yang mempunyai
tanggung jawab, kedisiplinan, dan akhlak mulia.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana penerapan
pendidikan karakter berbasis kurikulum 2013 di SMA N 1 Sukoharjo?
2.
Bagaimana peran
Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi dan karakter peserta didik
SMA N 1 Sukoharjo?
C.
Manfaat penelitian
1. Mendiskripsikan
penerapan pendidikan karakter berbasis kurikulum 2013 di SMA N 1 Sukoharjo
2. Mengetahui
peran Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi dan karakter peserta
didik SMA N 1 Sukoharjo
BAB II
Landasan
Teori
A. Teori Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Kurikulum
sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan. Fungsi Kurikulum sebagai berikut:
1.
Fungsi
Penyesuaian (the adjustive or adaptive
function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya karena lingkungan bersifat dinamis artinya dapat
berubah-ubah.
2.
Fungsi
Integrasi (the integrating function)
: Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian mengandung
makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
3.
Fungsi
Diferensiasi (the diferentiating function)
: Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang
memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai
dan dilayani.
4.
Fungsi
Persiapan (the propaeduetic function)
: Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang
selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat,
jika tidak melanjukan pendidikan.
5.
Fungsi
Pemilihan (the selective function) : Kurikulum
berfungsi sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
6.
Fungsi
Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum
sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan
yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam
dirinya.
Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa
dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.
Dengan
demikian, fungsi kurikulum sangat penting untuk tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Kurikulum mempunyai empat unsur komponen yang
membentuk/penyusun kurikulum. Unsur komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Komponen
Tujuan
Kurikulum merupakan suatu sistem
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karena berhasil atau tidaknya
sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan
pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:
1) Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan
selanjutnya.
2) Tujuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan
selanjutnya
3) Tujuan
pendidikan menengah kejurusan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta
mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai kejurusan
4) Tujuan
pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang dikembangkan di
kurikuler dalam setiap mata pelajaran disekolah.
b.
Komponen
Isi (Bahan pengajaran)
Kurikulum dalam komponen isi adalah
suatu yang diberikan kepada anak didik untuk bahan belajar mengajar guna
mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada
kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut..
1)
Sesuai, tepat dan bermakna bagi
perkembangan siswa
2)
Mencerminkan kenyataan sosial
3)
Mengandung pengetahuan ilmiah yang
tahan uji
4)
Menunjang tercapainya tujuan
pendidikan
c.
Komponen
Strategi
Kurikulum
sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode serta
peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar
dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan
bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi
Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan penyeluhan kegiatan
sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam
menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari
program pembelajaran (kurikulum).
d.
Komponen
Evaluasi
Komponen
evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu
kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan
penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan
model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa
dalam mencapai tujuannya.
2. Kurikulum
2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis
kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Secara falsafah, pendidikan adalah proses panjang dan
berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang
sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama,
bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya.
Sebagaimana firman Allah swt. Pada Q.S Mujadillah ayat
11
Artinya :
“Wahai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi
kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah.
Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Maha
teliti apa yang kamu kerjakan.”
Q.S Mujadillah ayat 11 menjelaskan keutamaan
orang-orag beriman dan berilmu pengetahuan. seseorang
yang beriman, tetapi tidak berilmu, akan lemah. Oleh karena itu, keimanan
seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu
juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat.
Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama. (http://mochamadfahmi.blogspot.co.id)
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, menjadi
bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti beriman-bertakwa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan
kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa
tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum
berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga
kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang
dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan
nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah
kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang
beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya.
Dalam usaha menciptakan sistem
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, proses panjang tersebut
dibagi menjadi beberapa jenjang, berdasarkan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik. Setiap jenjang dirancang memiliki proses sesuai perkembangan dan
kebutuhan peserta didik sehingga ketidakseimbangan antara input yang diberikan
dan kapasitas pemrosesan dapat diminimalkan.
Dalam teori manajemen, sebagai sistem perencanaan
pembelajaran yang baik, kurikulum harus mencakup empat hal. Pertama, hasil
akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik (keluaran), dan dirumuskan
sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan materi yang harus diajarkan
kepada, dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi), dalam usaha
membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran
(proses, termasuk metodologi pembelajaran sebagai bagian dari standar proses),
supaya ketiga kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri peserta didik.
Keempat, penilaian kesesuaian proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran
sedini mungkin untuk memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran tersebut
sesuai dengan rencana.(http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013)
Tujuan dan karakteristik kurikulum
2013
1.
Mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2.
Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3.
Mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
4.
Memberi waktu yang cukup leluasa
untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5.
Kompetensi dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
matapelajaran;
6.
Kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
7.
Kompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Dengan 7 karakteristik tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari kurikulum 2013 ini adalah untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. (http://nissie-niss.blogspot.co.id)
3. Kompetensi
Inti
Kompetensi Inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi
utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi
Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai
unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai
unsur pengorganisasi, Kompetensi
Inti merupakan pengikat
untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal Kompetensi
Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar
adalah keterkaitan antara
konten Kompetensi Dasar
satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas/jenjang
di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar
yaitu terjadi suatu akumulasi
yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari
siswa. Organisasi horizontal adalah
keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu
mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang
berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi
proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti SMA/MA adalah
sebagai berikut:
KELAS X
|
KELAS XI
|
KELAS XII
|
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
|
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
|
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
|
2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
|
2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
|
2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan
proaktif), menunjukkan
sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan bangsa, serta
memosisikan diri sebagai
agen transformasi
masyarakat dalam
membangun peradaban
bangsa dan dunia
|
3. Memahami dan
menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian,
serta menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
|
3. Memahami, menerapkan,
dan menjelaskan
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
|
3. Memahami, menerapkan,
dan menjelaskan
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untukmemecahkan masalah
|
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu
menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
|
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
|
4. Mencoba, mengolah,
menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri
serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
|
Kompetensi Inti
dirancang dalam empat
kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan sikap
keagamaan (kompetensi inti
1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti
3), dan penerapan
pengetahuan (kompetensi 4).
Keempat kelompok itu menjadi
acuan dari Kompetensi
Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan
dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching)
yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan
penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
(http://staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespendidikandrs-sudarmaji-mpd03-kompetensi-dasar-sma-2013.com)
B. Hakikat
Potensi Diri
Menurut Mel
Shilbermen potensi
kecerdasan manusia ada delapan. Teori mengenai delapan potensi kecerdasan
manusia ini dinamakan teori multiple intelegent. Delapan kecerdasan tersebut
adalah:
1.
Kecerdasan
linguistik (Linguistic Intelegence), yaitu kecerdasan yang diungkapkan dalam
bentuk kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan menggunakan
kata-kata. Penulis, wartawan, sastrawan, orator, dan komedian merupakan
contoh-contoh yang memiliki kecerdasan linguistik.
2.
Kecerdasan
logika-matematika (logical_matematical .Intelegence), yaitu kecerdasan yang
diungkapkan dalam bentuk kemampuan bernalar (reasoning) dan menghitung,
memikirkan sesuatu dengan cara logis dan sistematis. Kemampuan ini banyak
dikembangkan oleh para insinyur, ilmuan, ekonom, akuntan dan detektif.
3.
Kecerdasan
visual-spasial (visual-Spatical Intelegence), yaitu intelegensi yang
diungkapkan dalam bentuk kemampuan untuk memvisualisasikan bentuk akhir dari
sesuatu. Membayangkan sesuatu dalam mata pikiran. Arsitek, seniman, perencana
strategik, fotografer, pemahat, pelaut adalah orang-orang yang memiliki
kecerdasan visual-spasial.
4.
Kecerdasan
musikal (Musical Intelegence), yaitu kecerdasan yang diungkapkan dalam bentuk
kemampuan untuk menciptakan atau membuat komposisi musik. Menjaga irama. Setiap
orang memiliki kecerdasan musikal dasar yang baik dan dapat mengembangkannya.
Kecerdasan ini dimiliki oleh komposer, musikus, dan ahli rekaman.
5.
Kecerdasan
fisik-kinestetika (Body-Kinestetic Intelegce), yaitu kecerdasan yang
diungkapkan dalam bentuk kemampuan menggunakan keterampilan fisik untuk
memecahkan masalah, menciptakan produk, atau menyampaikan gagasan dan emosi.
Kemampuan ini ditampilkan oleh atlit, penari dan aktor, ataupun mereka yang
bekerja di bidang konstruksi. Banyak orang yang berbakat secara fisik dan
terampil menggunakan tanga tidak menyadari bahwa mereka tidak menunjukkan
bentuk kecerdasan yang tinggi, dan sama nilainya dengan kecerdasan lainnya.
6.
Kecerdasan
Interpersonal (Interpersonal (social)
Intelegence), yaitu kecerdasan yang diungkapkan dalam bentuk
kemampuan bekerja secara efektif dengan
orang lain berhubungan dengan orang lain dan menunjukkan empati dan pemahaman,
memperhatikan motifasi dan tujuan. Kecerdasan ini pentinig untuk dimiliki para
guru, fasilitator, terapis, politikus, pemimpin agama dan salesman.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelegence) , yaitu kecerdasan yang diungkapkan
dalam bentuk kemampuan menganalisis diri dan refleksi diri, mampu
berkontemplasi dan menilai kemampuan seseorang, membuat perencanaan dan tujuan,
dan mengetahui diri sendiri. Kecerdasan ini dapat dipergunakan untuk
mempelajari kesuksesan dan kegagalan sebagai panduan untuk kebaikan pada masa
mendatang. Filosof, konselor, dan orang-orang yang mencapai puncak prestasi
tertinggi adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ini.
8.
Kecerdasan
Naturalis (Naturalis Intelegence), yaitu kecerdasan yang diungkapkan dalam
bentuk kemampuan mengenal flora dan fauna, hidup selaras dengan alam dan
memanfaatkannaya secara produktif. Petani, pakar biologi, pakar botani, dan
lingkungan hidup adalah orang-orang yang mempunyai kecerdasan ini.
Menurut Fuad Nashori (2003: 89)
manusia memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Potensi
Berfikir
Manusia
memiliki potensi berfikir. Seringkali Allah menyuruh manusia untuk berfikir.Maka
berfikir. Dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk
belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta
menghasilkan pemikiran baru.
2.
Potensi
Emosi
Potensi yang
lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi
cita rasa, dengan potensi ini manusia dapat memahami orang lain, memahami suara
alam, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada
keindahan.
3.
Potensi
Fisik
Adakalanya
manusia memilki potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang
efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh.Orang yang
berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu
menunjukkan permainan yang baik.
Pemilik
potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi
orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari
kemampuan belajarnya, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan.
Dari teori-teori mengenai potensi dalam diri manusia,
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas dan mempunyai beragam
kemampuan yang dapat dijadikan sebagai inspirasi
dalam pengkayaan kurikulum pendidikan sekolah, terutama dalam memperkaya metode
penyampaikan materi pelajaran dengan memanfaatkan potensi kecerdasan.
C.Teori perkembangan moral
Perkembangan
sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota
masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung
sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi
dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan
merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur
fundamental dalam bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku
sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku
moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang
diperlukan.
Teori
perkembangan moral menurut Kohlberg. Menurut teori Kohlberg telah menekankan
bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan
berkembang secara bertahap. Dalam Teori Kohlberg mendasarkan teori perkembangan
moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan Piaget
Teori
Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3 tingkat dan
6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai berikut
:
1.
Tingkat Satu : Penalaran
Prakonvensional.
Penalaran
Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi
nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan
hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain
(eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku
yang buruk mendapatkan hukuman.
Tahap I. Orientasi
hukuman dan ketaatan
Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap
II. Individualisme dan tujuan
Pada
tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah)dan kepentingan
sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk
kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik
dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
2.
Tingkat Dua : Penalaran
Konvensional
Penalaran
Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana
seseorang tersebut menaati standar - standar (Internal) tertentu, tetapi mereka
tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau
aturan-aturan masyarakat.
Tahap
III. Norma-norma Interpersonal
Yaitu
: dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan kesetiaan kepada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
Tingkat
IV. Moralitas Sistem Sosial
Yaitu
: dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman atuyran sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
3.
Tingkat Tiga : Penalaran
Pascakonvensional
Yaitu
: Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain.
Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan,
dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.
Tahap
V. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual
Yaitu
: nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain.
Tahap
VI. Prinsip-prinsip Etis Universal
Yaitu
: seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu menghadapi konflik
antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg
menekankan dan yakin bahwa dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan
berkaitan dengan usia. Pada masa usia sebelum 9 tahun anak cenderung pada
prakonvensional. Pada masa awal remaja cenderung pada konvensional dan pada
awal masa dewasa cenderung pada pascakonvensional. Demikian hasil teori
perkembangan moral menurut kohlberg dalam psikologi umum. Ketika kita khususkan
dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi pendidikan pada peserta
didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka terdapat 3 tingkat dan 6
tahap yaitu :
1.
Tingkat Satu : Moralitas
Prakonvensional.
Yaitu
: ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana mulai dari usia 4-10
tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.Yang man dimasa ini anak masih belum
menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
Pada
tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah
penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak taat karena
orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain sangat
memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut Kohlberg ini anak
menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan
tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan penghindaran dari
hukuman.
Tahap
2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.
Yang
bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan
sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
2.
Tingkat Dua : Moralitas
Konvensional
Yaitu
ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana pada usia
10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
Pada
Tingkat II ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap
3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
a.
Maksudnya : anak dan remaja
berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar dapat memperoleh
persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman
Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada
perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada
pendidikan anak.
Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma Interpernasional ialah
: dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan kepada
orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak sering
mengadopsi standar-standar moral orang tuanya sambil mengharapkan dihargai oleh
orang tuanya sebagi seorang anak yang baik.
Tahap
4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
a.
Anak dan remaja memiliki sikap
yang pasti terhadap wewenang dan aturan.
b.
Hukum harus ditaati oleh semua
orang.
3.
Tingkat Tiga : Moralitas
Pascakonvensional
Yaitu
ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana dari
mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari sekadar kesepakatan
tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang tanpa syarat dan
moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam segala situasi.
Pada
perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
a.
Maksudnya dalam dunia pendidikan
itu lebih baiknya adalah remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak
pribadi sesuai dengan aturan dan patokan sosial.
b.
Perubahan hukum dengan aturan
dapat diterima jika ditentukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
c.
Pelanggaran hukum dengan aturan
dapat terjadi karena alsan-alasan tertentu.
Tahap
6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika
a.
Maksudnya : Keputusan mengenai
perilaku-pwerilaku sosial berdasarkan atas prinsip-prinsip moral, pribadi yang
bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan
kepentingan orang lain.
b.
Keyakinan terhadap moral pribadi
dan nilai-nilai tetap melekat meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum
yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial. Contoh : Seorang suami yang tidak
punya uang boleh jadi akan mencuri obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya
dengan keyakinan bahwa melestarikan kehidupan manusia merupakan kewajiban moral
yang lebih tinggi daripada mencuri itu sendiri.
D.Teori pendidikan islam
Dalam pandangan islam, ada dua sumber ilmu yaitu wahyu
dan akal. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberikan kebebasan
dalam mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangannya tetap
mengikuti tuntutan wahyu dan tidak bertentangan dengan syariat. Atas dasar itu,
ilmu terbagi dalam dua bagian, yaitu ilmu yang bersifat abadi dimana tingkat
kebenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah swt., dan ilmu
yang bersifat Perolehan, dimana tingkat kebenarannya bersifat relatif karena
bersumber dari akal pikiran manusia. Pemaknaan ilmu diatas dijadikan sebagai
konsep pendidikan islam
Zuhairini
mendefinisikan Pendidikan agama islam sebagai usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan
islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia
secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan,
perasaan dan panca indra agar bisa hidup sesuai ajaran islam dan usaha untuk
menumbuhkan manusia muslim sempurna.
Faktor
pendidikan bagi terbentuknya tauhid dan iman kepada Allah swt, merupakan inti
dari pendidikan islam sedemikian pentingnya sehingga nabi Muhammad Saw
bersabda, yang artinya : “barang siapa
tambah ilmunya tapi tidak tambah petunjuknya(imannya) maka bagi Allah swt.,
orang tersebut tidak tambah apapun kecuali semakin jauh dari (dari petunjuk dan
iman kepada Nya)”. Hal ini menjadikan manusia mampu memadukan antara fungsi
akal dengan wahyu. Landasan atau fondasi dalam islam adalah al Quran dan sunah
Rasulullah saw.
Islam
bukan agama anti-modernitas, justru islam mengajarkan agar manusia berkembang
secara dinamis mencapai kemajuan dalam segala hal. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka akan lebih sempurna apabila seseorang menyatukan antara iman dan
amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks.
Dengan agama, manusia bisa tetap modern tanpa khawatir dengan dampak negatif,
karena iman akan menjadi perisai pelindung manusia dalam kenistaan. Sehingga kehidupan
seseorang akan terpelihara dalam kebaikan, kedamaian dan kebahagiaan dunia
akhirat.
Tujuan
pendidikan islam tercantum dalam QS Al Qalam:4
Artinya
: “Dan sesungguhnya engkau
benar-benar memiliki akhlak/budi pekerti yang Agung”
Banyak
pendapat yang disampaikan para pendidik mengenai tujuan pendidikan. Ada yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan itu mendidik akal.
Ada yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mendidik individu. Ada yang
berkeyakinan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan sifat-sifat sempurna
secara mutlak dengan anggapan bahwa individu itu merupakan anggota penyempurna
masyarakat. Menurut Al Abrasyi, tujuan pendidikan itu bisa berbeda-beda satu
sama lain. Karena perbedaan umat,waktu dan lingkungannya. Al Abrasyi juga berpendapat
bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan moral yang tinggi (budi pekerti dan
akhlak). Tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan dalam satu kata, yaitu “fadhilah”(keutamaan). (Abd. Rachman
Assegaf:2001)
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa antara Agama dan ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan.
Agama dapat dijadikan pedoman tingkah laku manusia dan ilmu merupakan sesuatu
hasil yang dicapai manusia berkat anugerah Allah swt. Agama dan ilmu menjadikan
manusia memiliki ilmu yang tinggi, namun selalu bertanggung jawab melalui
perilakunya yang bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Bab 3
Metode Penelitian
A.Jenis
penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
penulis adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.
Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai pengembangan potensi dan pendidikan
karakter melalui pendidikan agama islam tinjauan atas kurikulum 2013 , peneliti
menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.
B. Waktu dan
tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015
– 20 September 2015 di SMA N 1 Sukoharjo.
C.Metode yang digunakan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yang
ada kaitannya dengan objek yang diteliti antara lain:
1. Metode
Observasi
Metode
observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis terhadap obyek
yang diteliti. Alasan penulis menggunakan metode observasi:
a.
Untuk mengetahui secara langsung
penerapan pendidikan karakter di SMA N 1 Sukoharjo
b.
Untuk mengetahui peran PAI di SMA N 1
Sukoharjo dalam mengembangkan karakter dan potensi diri peserta didik
Alat yang
digunakan penulis dalam metode observasi adalah sebagai berikut:
a. Alat tulis :
untuk mencatat hal-hal penting ketika melakukan pengamatan
b. Kamera:
untuk mendokumentasikan objek secara jelas
2.
Metode wawancara
Metode
wawancara adalah pengamatan yang dilakukan melalui tanya jawab yang dilakukan
seseorang dengan narasumber untuk memperoleh data atau informasi, tentang
permasalahan yang dibahas. Alasan penulis menggunakan metode wawancara:
a.
Untuk mengetahui pendapat narasumber
mengenai kurikulum 2013 secara langsung
b.
Untuk mengetahui pendapat narasumber
mengenai pendidikan karakter dan pengembangan potensi melalui pendidikan agama
islam
Alat yang digunakan penulis dalam
metode wawancara adalah sebagai berikut:
a.
Alat tulis : untuk mencatat hal-hal
penting ketika melakukan pengamatan
b.
Kamera: untuk mendokumentasikan
objek secara jelas
Adapun
daftar pertanyaan
a.
Ditujukan kepada guru
1)
Perbedaan apa saja yang terdapat
pada KTSP dan Kurikulum 2013?
2)
Bagaimana penerapan pendidikan
karakter dalam kegiatan belajar mengajar?
3)
Bagaimana karakter peserta didik
yang diharapkan dalam kurikulum 2013?
4)
Bagaimana cara yang dilakukan SMA N
1 Sukoharjo dalam mencapai tujuan mengembangkan potensi
diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan?
5)
Apa yang
menjadi tolak ukur penilaian sikap atau karakter yang baik?
b.
Ditujukan kepada peserta didik
1)
Bagaimana pendapat siswa mengenai
adanya perubahan KTSP ke Kurikulum 2013?
2)
Kurikulum mana yang lebih baik untuk
mengolah potensi peserta didik?
3)
Apakah Kurikulum 2013 dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik?
4)
Pembelajaran seperti apa yang diharapkan peserta didik?
5)
Apakah sistem pembelajaran yang inovatif dapat mempermudah pemahaman
bagi peserta didik?
6)
Setelah mendapatkan pelajaran PAI dan Budi Pekerti, hal apa saja yang didapatkan peserta didik?
7)
Apakah pembelajaran PAI saat ini mempunyai dampak langsung terhadap
pembentukan moral(budi pekerti dan akhlak)?
Bab
4
Hasil
Dan Pembahasan
A.Kondisi
SMA N 1 Sukoharjo
SMA N 1 Sukoharjo merupakan salah satu
pilot Project pelaksanaan Kurikulum 2013. Hingga saat ini SMA N 1 Sukoharjo
telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 5 semester. SMA N 1 Sukoharjo terletak
di pusat kabupaten Sukoharjo. Tepatnya di jalan Pemuda No. 38, SMA N 1 Sukoharjo menjadi SMA favorit di daerah
Sukoharjo dan sekitarnya. Seleksi peneriman peserta didik juga sangat ketat,
untuk mendapatkan peserta didik yang berkualitas.
Untuk tahun pelajaran 2015/2016 ini
terdapat 12 kelas untuk kelas X, 12 kelas untuk kelas XI dan 12 kelas untuk
kelas XII. 12 kelas ini meliputi 7 kelas program MIA, 4 kelas untuk program
IIS, dan 1 kelas untuk program BB. Pemrograman kegiatan belajaran ini merupakan
salah satu rangkaian pelaksanaan kurikulum 2013. Pelaksanaan pemrograman ini
dilakukan sejak awal peserta didik diterima di SMA N 1 Sukoharjo. Dengan cara
diberikan angket peminatan dan diadakan Test potensi akademik. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui bakat dan minat peserta didik yang dapat dikembangkan dalam
bidang akademik.
Selain unggul di bidang akademik,
SMA N 1 Sukoharjo juga unggul di bidang motorik. Banyaknya organisasi,
ekstrakulikuler yang dapat diikuti peserta didik untuk menyalurkan bakatnya di
luar bidang akademik. Ada delapan potensi kecerdasan manusia yang dapat
dikembangkan, yaitu Kecerdasan linguistik, Kecerdasan logika-matematika, Kecerdasan visual-spasial, Kecerdasan musikal, Kecerdasan fisik-kinestetika, Kecerdasan
Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, kecerdasan naturalis. Dengan adanya 8
potensi kecerdasan manusia ini, maka SMA N 1 Sukoharjo tidak hanya mengolah
kemampuan siswa dibidang ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk organisasi dan
ekstrakulikuler. Sehingga terjadi keseimbangan antara akademik dan
motorik siswa.
B. Pola
Pembelajaran di SMA N 1 Sukoharjo
Pada penerapan kurikulum 2013, guru
dan siswa diwajbkan menerapkan
pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Guru mempunyai
kewajiban untuk merancang proses pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan keinginan peserta didik yang dikombinasikan
dengan penerapan karakter dalam setiap pembelajaran. Namun, dalam hal tersebut
masih terdapat guru yang kurang memahami proses pembelajaran yang harus
diterapkan dalam kurikulum 2013.
Pada kurikulum 2013 guru hanya diberikan
hak untuk menyampaikan 30% materi, dan 70% merupakan hak siswa untuk
mengembangkan potensinya melalui keaktifan dalam mencari informasi, dan belajar
mandiri. Dengan penerapan pembelajaran tersebut, banyak peserta didik yang
mengeluhkan bahwa mengalami kesulitan dalam memahami materi secara cepat.
Pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan adalah salah satu prinsip pembelajaran yang
diterapkan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran aktif adalah kegiatan belajar
mengejar dengan cara guru menciptakan suasana belajar yang dapat membuat
peserta didik aktif bertanya, menjawab, maupun menyampaikan gagasannya. Salah
satu masalah penerapan pembelajaran aktif di
SMA N 1 Sukoharjo adalah kemauan dan keberanian siswa untuk menyampaikan
ide atau gagasannya. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan berdasarkan sistem
pembelajaran sebelumnya, yaitu guru sebagai penyampai informasi, dan siswa
sebagai penerima informasi. Sehingga siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian
diri. Metode pembelajaran yang diciptakan oleh guru memegang peranan penting
dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran aktif ini dapat
terlaksana dengan baik apabila ada kerja sama antara guru dan peserta didik.
Pembelajaran inovatif dapat
dilakukan dengan cara mengakomodir karakteristik diri peserta didik. Peserta
didik mempunyai cara belajar masing-masing. Ada peserta didik yang menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dalam proses pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan
penyeimbangan otak kanan dan otak kiri, supaya proses belajar tidak monoton.
Dengan mengenali karakteristik belajar peserta didik, dapat mempermudah guru
untuk mengetahui model pembelajaran seperti apa yang diinginkan siswa, sehingga
potensi diri peserta didik dapat berkembang dengan baik.
Pengembangan dalam
dunia pendidikan saat ini hanya mengandalkan pengembangan rasio dan empiris,
pengembangan ini hanya mengolah kecerdasan akal manusia. Tanpa memperhatikan
pengembangan intuisi dalam diri manusia. Apabila intuisi ini dikembangkan
dengan baik, maka kepekaan dan kecerdasan manusia mengenai lingkungan sekitar
akan terpenuhi dan muncul karakter peserta didik yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pembelajaran inovatif ini sudah
diterapkan oleh sebagian guru mata pelajaran di SMA N 1 Sukoharjo. Peserta
didik semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang inovatif, karena
dengan prinsip ini siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi, siswa lebih senang menerapkan kurikulum 2006 tetapi dengan metode
pembelajaran di kurikulum 2013. Sebagaimana guru tetap menyampaikan materi
pelajaran secara terperinci, dan siswa tetap diajak belajar aktif menggunakan
prinsip inovatif dan menyenangkan.
Kreatif, prinsip pembelajaran ini
menuntut siswa untuk bisa menyelesaikan suatu maslah dengan pola pikir sendiri.
Prinsip pembelajaran kreatif yang sering diterapkan oleh guru SMA N 1 Sukoharjo
adalah membentuk kelompok belajar, kemudian disajikan suatu permasalahan, siswa
diarahkan untuk dapat menemukan pemecahan masalah tersebut, dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Pembelajaran efektif dan
menyenangkan akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi dan kerja
sama yang baik antara guru dan murid.
Contohnya, siswa sudah mempersiapkan materi belajar untuk pelajaran
selanjutnya, dengan demikian ketika guru menjelaskan atau mengadakan kegiatan
belajar lain, peserta didik sudah siap menerima dan melaksanakan dengan baik.
Jabaran diatas merupakan hasil
pengamatan dan observasi penulis mengenai pola pembelajaran dan penerapan
kurikulum 2013. SMA N 1 Sukoharjo secara umum sudah menerapkan pola
pembelajaran dengan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Prinsip ini sangat dipengaruhi pula oleh kreativitas guru dalam
menerakan metode pembelajaran bagi peserta didik dan keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
C.Penerapan Pendidikan Karakter dalam
Kegiatan Belajar Mengajar di SMA N 1 Sukoharjo
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, dijabarkan bahwa
kriteria bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti
beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Aspek-aspek
tersebut sangat diharapkan untuk generasi pemimpin bangsa yang berkarakter.
Adanya kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pendidikan sendiri adalah memberikan pengajaran bagi peserta didik supaya
mempunyai kecerdasan akal dan karakter yang baik. Dengan cara mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik yang diimbangi dengan pendidikan karakter.
Dalam penerapan sistem pembelajaran diperlukan kompetensi inti.
Kompetensi Inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi
utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi
Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills
dan soft skills.
Kompetensi Inti
dirancang dalam empat
kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan sikap
keagamaan (kompetensi inti
1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti
3), dan penerapan
pengetahuan (kompetensi 4).
Kurikulum 2013 mempunyai salah satu
karakteristik yang berhubungan dengan kompetensi inti yaitu Kompetensi
dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
(http://staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespendidikandrs-sudarmaji-mpd03-kompetensi-dasar-sma-2013.com)
Kompetensi inti 1 merupakan
penjabaran dari sikap keagamaan:“Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”, pada kompetensi inti 2 merupakan penjebaran mengenai sikap sosial :
“Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”
Sesuai dengan kompetensi ini 1 dan
2, seharusnya dalam setiap pembelajaran disisipkan unsur pengembangan karakter
dan budi pekerti yang baik karena, ilmu pengetahuan saja tidak cukup maka,
harus diimbangi dengan akhlak yang baik. Manusia diberikan kebebasan dalam
mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangannya tetap mengikuti
tuntutan wahyu dan tidak bertentangan dengan syariat.
Di SMA N 1 Sukoharjo, pada kegiatan belajar mengajar
setiap guru memulai dengan doa bersama menurut agama dan kepercayaan
masing-masing peserta didik. Sebagian besar guru mata pelajaran menyisipkan
materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter ini disampaikan dengan
cara tersirat. Contohnya memberikan penjelasan mengenai ilmu pengetahuan dan
penerapan secara langsung pada kehidupan. Selain itu, penerapan pendidikan
karakter dapat dibuktikan ketika adanya ujian, pelaksanaannya dituntut agar
peserta didik jujur, disiplin dan bertanggung jawab.
Untuk mengembangkan budaya sopan santun di lingkungan
masyarakat, SMA N 1 Sukoharjo menggalakkan budaya 5 S yaitu salam, senyum,
sapa, sopan, santun. Kebiasaan ini sudah dilaksanakan semua siswa SMA N 1
Sukoharjo.
Pada penerapan kurikulum 2013, sekolah juga diwajibkan
mengadakan latihan rutin pramuka. Gerakan pramuka ini digunakan untuk melatih
kedisiplinan, tanggung jawab, gotong royong, sopan santun, kerohanian dan
melatih kepekaan terhadap lingkungan sosial.
Kegiatan rutin ini dilaksanakan oleh semua siswa kelas X,XI, dan XII.
D.Pendidikan Agama Islam Di SMA N 1
Sukoharjo
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
berbasis karakter, selain mengembangkan
kecerdasan peserta didik dalam bidang ilmu pengetahuan, juga mengembangkan
karakter dan budi pekerti luhur. Untuk mengajarkan budi pekerti/akhlak mulia
pada peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum 2013, terjadi pengembangan mata
pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Pada umumnya pembelajaran agama,
termasuk pendidikan agama islam, cenderung masih sebatas pada proses transfer
pengetahuan sehingga peserta didik hanya dapat menghafalkan teori tanpa disertai pemahaman dan
penghayatan terhadap nilai kehidupan. Seharusnya pendidikan agama dapat
menerapkan pengamalan dan penghayatan terhadap nilai-nilai kehidupan, sehingga
peserta didik mampu melakukan kontrol diri dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
Setiap pembelajaran dituntut
memenuhi kompetensi inti yaitu sikap
keagamaan (kompetensi inti
1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti
3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4) dilaksanakan
dengan panduan kompetensi dasar.
Berdasarkan observasi penulis pada
pembelajaran pendidikan agama islam di SMA N
1 Sukoharjo, dengan sampel kelas X pembelajaran berlangsung secara
kondusif, menggunakan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa melakukan
doa bersama, dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al Quran selama 10-15 menit.
Untuk setiap bab peserta didik
diberikan tugas untuk menghafalkan serta memahami ayat-ayat yang relevan. Kegiatan
ini bertujuan mempelajari sumber ilmu berdasarkan wahyu dari Allah swt. Setelah
peserta didik menghafalkan sebuah ayat, kemudian dilakukan pemahaman bersama
mengenai arti dan makna.
Selain menganalisis ayat tertentu,
pembelajaran pendidikan agama islam di SMA N 1 Sukoharjo juga menerapkan
diskusi teman sejawat untuk menganalisa sebuah permasalahan atau mempersiapkan
materi pembelajaran. Proses diskusi ini merupakan penerapan dari prinsip
pembelajaran efektif dan menyenangkan. Setelah selesai proses diskusi siswa
diperkenankan untuk memberikan pemaparan hasil diskusi dengan cara presentasi.
Ketika presentasi dilakukan terjadi
pertukaran pendapat antar peserta didik. Pada tahap ini guru dapat melakukan
penilaian mengenai keaktifan siswa. Jadi kegiatan pembelajaran ini dapat
dijadikan ruang pengembangan potensi peserta didik. Pada kurikulum 203 ilmu
pengetahuan harus seimbang dengan akhlak mulia, maka diharapkan peserta didik
dapat mengamalkan ilmu dan pemahaman dalam penerapan kehidupan secara langsung.
Menurut pendapat peserta didik
mengenai pembelajaran pendidikan agama islam di SMA N 1 Sukoharjo, siswa lebih
senang dengan metode pembelajaran pada kurikulum 2013. Mereka dapat
mengembangkan potensi diri mereka, antara lain melatih keaktifan, keberanian,
kedisipinan, percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Suasana kondusif dan
motode pembelajaran yang menyenangkan membuat peserta didik menjalani
pembelajaran secara enjoy.
Akan tetapi ada sebagian pendapat
peserta didik yang tidak setuju dengan proses pembelajaran tersebut. Karena
menurut mereka penjelasan teman sejawat tidak memuaskan dan meragukan ke
validan jawaban. Mereka lebih suka ketika ada penjelasan langsung dari guru.
Berdasarkan pendapatan diatas
penulis menyimpulkan bahwa suatu metode pembelajaran yang sama, sekalipun
menyenangkan tidak dapat mengatasi keberagaman cara belajar siswa. Karena ada
beragam cara belajar peserta didik,
antara lain: menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik.
Kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan penjelasan ilmu pengetahuan, ilmu berdasarkan sumber Al Quran dan
pemahaman materi ini harus dikembangkan sendiri oleh peserta didik agar mampu
mengamalkan semua ilmunya, dan bermanfaat bagi lingkungan.
Pengamalan ilmu ini tidak dapat
diawasi langsung oleh guru, maka muncul permasalahan bahwa ilmu yang terima
tidak dapat berkembang dengan baik. sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu
tersebut hanya teoritis. Tidak sesuai dengan tujuan pendidikan islam yaitu mencapai
keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra
agar bisa hidup sesuai ajaran islam dan usaha untuk menumbuhkan manusia muslim
sempurna.
Pendidikan agama islam mengajarkan
agar manusia berkembang secara dinamis mencapai kemajuan dalam segala hal.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka akan lebih sempurna apabila seseorang
menyatukan antara iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan,
serta teks dan konteks.
Dengan adanya problem belajar pada
peserta didik, maka penulis mencoba menerapkan proses pembelajaran yang
diinginkan peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar